Ngetrip Jogja Eaa!

 Halo everyone!

 In this special opportunity I will invite you to enjoy my travel writing!

 

     Di bulan Oktober lalu, I start my journey with some of my friend on Jogjakarta. Yes, maybe some of us know kalau Jogja itu kota paling romantis yang bisa setiap orang nikmati keindahannya. Kota yang terkenal dengan sebutan Daerah Istimewa ini bener-bener nggak pernah ngecewain para pengunjungnya. 

    Pada tulisan blogku kali ini aku bakal review dan sedikit sharing knowladge buat para sobat reader nih. Jadi perjalananku menuju Jogja tidak lain adalah program tour dari sekolah. Pemberangkatan dimulai sekitar jam 22.00 WIB dari lokasi pemberangkatan. Start awal lokasi kami adalah di daerah pantai utara kabupaten Lamongan, directly di kecamatan Paciran. Destinasi pertama yang kita tuju adalah Pantai Parangtritis. WNI mana sih yang nggak kenal dengan pantai ini, pasti udah familiar banget kan guys hehe.

    Bisa kita simpulkan bahwa awal perjalanan kami dimulai dari daerah pesisir pantai utara menuju daerah pesisir pantai selatan. Ditanya soal durasi perjalanan nih ya,  kurang lebih sekitar 7 jam an lah guys. Itu durasi jika ditempuh menggunakan transportasi bus. But sepanjang perjalanan tak bosan-bosannya aku dengerin lagu 'Sesuatu di Jogja' di playlist smartphone, sambil membayangkan betapa menantinya Jogja untuk kita datangi. Yaa mau gimana lagi, tau sendiri kan kalau berpergian rombongan apalagi naik bus, andalan lagu yang selalu diputar kalau nggak genre dangdut yaa lagu kosidahan hehe, bener nggak sih? Bagaimanapun juga, tetep asik kok suasana berpergian bareng-bareng apalagi sama temen-temen.

    Sesampainya di Pantai Parangtritis, mungkin sekitar jam setengah 5 pagi kami memulai aktivitas dengan bersih diri dan sholat shubuh. Sembari menunggu baskara menyapa ria, kami menyempatkan diri untuk sarapan pagi terlebih dahulu. Then, a few minute later kami bergembira ria bersama sapaan mentari pagi dan desiran ombak Pantai Parangtritis. 




 

    Recomended banget buat para pecinta sunrise untuk take a picture di tempat ini. Selain itu banyak banget penawaran jasa wisata yang ditawarkan, contohnya seperti penyewaan motor ATV hingga jasa penyewaan delman untuk keliling pantai. Untuk harga penyewaan motor ATV sendiri sekitar Rp.50.000 - 100.000 untuk 1 kali penyewaan selama 30 menit. Lalu untuk penyewaan delman berkisar Rp.50.000 untuk 1 kali tujuan di salah satu bagian pantai. 

    Karena aku tipikal orang yang suka melokal, endingnya aku nyewa delman deh untuk keliling pantai milik Nyi Roro Kidul ini. FYI guys, sopir delmannya assik banget. Tanpa ada batasan waktu delman kami menuju ke arah ujung pantai Parangtritis, bener-bener diujung lho guys. Sampai-sampai kita find out perbukitan karangnya. Untuk penyewaan delman sekali keliling kita cukup membayar Rp.50.000 dan tanpa ada batasan waktu seperti halnya jika kita menyewa motor ATV. Seriously, masih nature banget di daerah ujung pantai Parangtritis ini tanpa ada jamahan manusia sama sekali selain aku, salah satu temanku, pak sopir delman dan juga si kuda.

    Untuk viewnya jelas beda dong. Disini terjamin lebih aestheticable banget. Jika di wilayah strategis tepi pantai Parangtritis sebelumnya terdapat begitu banyak hiruk pikuk manusia, disini benar-benar suasananya tenang dan kerasa banget nature nya. Oh ya kalian bakal bisa nemuin perbukitan karang disini, yang pas banget buat dijadikan view take a picture hehe.

Jadi aku naik delmannya cuma berdua sama si cewek ini. Terus siapa dong yang ngepotoin? Intinya ada orang baik yang bersedia motoin kami mwehehe

    Sedikit sharing nih guys, jadi perjalanan kita menuju ujung bagian pantai Parangtritis ini membutuhkan waktu sekitar 15 menit jika ditempuh menggunakan delman. Ya lumayan jauh banget sih, sampai-sampai kita tertinggal rombongan teman-teman kita lho wkwk. Usai berkali kali dihubungi melalui whatsapp akhirnya kita bergegas pulang menuju center dari Pantai Parangtritis ini. Dan konyolnya kita lupa jalan keluar menuju parkiran bus. 

    Untungnya dunia nggak kehabisan orang-orang baik sob. Di tengah kebingungan kami ada 2 pedangang yang masing-masing mengendarai sepeda motor menawarkan bantuannya kepada kami. Alhasil kita diantar dong sampai ke parkiran bus. Really, kita nyasarnya jauh bangett! Jadi malu ditungguin sama 3 rombongan bus wkwk.

    Next trip kita menuju Hutan Pinus Pengger, untuk harga tiket masuk cuma Rp.5000 aja lho guys. Dalam keadaan pasca ramai-ramainya virus Covid 19, tentunya akan di cek nih kartu tanda vaksinasi kalian.

    Berhubung aku nggak sempet ambil banyak foto di lokasi ini karena efek kecapekan setelah berkelana di Pantai Parangtritis, biar temen-temen reader tetep bisa tahu view kecenya aku bakal berbagi foto dari google ya!

http://www.wisataoke.com/2019/06/keindahan-pinus-pengger-yogyakarta.html

    Trip selanjutnya kita menuju ke memorable place bangett, sebut saja dengan 'Heha Sky View'. Untuk tiket masuknya sebesar Rp.30.000 dengan voucher jajan gratis senilai Rp.20.000. Panorama yang disajikan begitu menjanjikan. Selain itu berbagai macam food court bisa kita kunjungi lho guys, tapi dengan syarat kita juga berbekal banyak uang saku hehe. Untuk prize jajanan di Heha Sky View sendiri start from Rp.20.000 sob.

    Selain menghidangkan berbagai macam food court dan spot foto, juga ada wahana menarik lainnya. Kita menghabiskan waktu untuk menikmti terapi ikan, geli banget rasanya nih kaki kalau digigit sama ikan-ikan mungil hehe.


    Destinasi terakhir kita, here is walk arround on Malioboro Street. As we know, Malioboro itu adalah pelengkap disetiap perjalanan wisatawan di kota Jogja. Nggak lengkap rasanya jikalau jalan-jalan ke Jogja tanpa memampirkan diri ke Malioboro.

    Seusainya turun dari bus, banyak banget tukang becak yang menawarkan jasanya. Dan kami memutuskan untuk mengikuti arahan tukang becak yang terbilang begitu expert banget strategi marketingnya. Kita diantarkan menuju masjid Kraton untuk melaksanakan sholat maghrib terlebih dahulu, dengan loyalitas penuhnya tukang becak tersebut bersedia menunggu kami hingga kami selesai sholat. 

    Setelah itu kami diantar menuju toko-toko pusat perbelanjaan oleh-oleh. Padahal sebelumnya kami request untuk langsung diantar ke Pasar Malioboronya, tapi si tukang becaknya bilang kalau saat ini Pasar Malioboro lagi ditutup dikarenakan PPKM. Alhasil kita berbelanja oleh-oleh mulai dari kaos Jogja, bakpia pathok, hingga aksesoris-aksesoris khas Jogja lainnya di toko perbelanjaan yang sudah direkomendasikan oleh tukang becak tersebut.

    Setelah itu, kami turun di titik nol Jogjakarta lebih tepatnya di depan gedung putih Bank BNI. Cukup dengan membayar Rp.10.000 ke tukang becak yang sudah berbaik hati sekali mengantar kita keliling kota istimewa ini, kita bisa minta diantar kemana saja oleh tukang becak tersebut. Lumayan murah sekali lho guys jika dibanding dengan harga penyewaan becak di daerah pesisir Paciran-Lamongan (Asal tempat kami). Memang Jogjakarta terkenal dengan gaya hidup yang tidak terlalu hedon namun tetap menarik untuk dikunjungi.

    Tapi guys, ada sesuatu yang bikin kami bener-bener kecewa. Ternyata kita dibohongi oleh si tukang becak tersebut. Yang tadi bilangnya pasar Malioboro ditutup, buktinya di depan mata kita sendiri masih banyak banget pedagang kaki lima dengan serba serbi dagangannya. Jika dibanding dengan harga oleh-oleh yang kita beli di toko perbelanjaan yang di rekomendasikan abang tukang becak tadi tentunya lebih murah dipasarnya dong. Haduh, ngeselin banget sih. Jadi hati-hati yaa sobat reader jika menemukan kejadian seperti ini.

    But conclussionnya.. kita bisa ambil hal edukatifnya. Ternyata ini juga bagian dari strategi marketing masyarakat Jogja lho untuk menjaga stabilitas perdagangan mereka. Ya walaupun agak nyeselin sih tapi kita akui mereka memang cerdas sekali wkwk.

Titik Nol Jogjakarta

    After take a picture kita langsung go back ke titik kumpul untuk perjalanan pulang. And finally we get "Much Something in Jogja" See you next trip guys!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanjung Kodok Resort

Kampung Inggris Pare